Tulisan kali ini berisi observasi perencanaan untuk mengambil judul proposal.
Proposal ini sebagai syarat untuk mengambil gelar sarjana farmasi di universitas.
Ada empat bidang peminatan farmasi. Dari keempat bidang tersebut. Aku memilih Farmasi Klinis dan Komunitas. Karena aku sangat lemah di bidang farmasi tersebut.
Dan
menurut observasi aku sendiri. Untuk menjadi apoteker yang bisa
berinteraksi langsung dengan pasien (masyarakat), perlu dikuatkan ilmu
farmasi di bidang ini.
Dalam
rangka belajar dan mengupdate ilmu, aku memanfaatan pengambilan skripsi
di bidang Farmasi Klinis dan Komunitas. Karna kalo aku ambil bidang
ini, aku bisa belajar. Mau ga mau, kepaksa harus belajar, dan ngerjain
skripsi sampe bener-bener faham. Dan dibantu oleh adanya dobing dan
penguji.
Selagi waktu untuk mempelajari dan guru yang mengajari masih stay, maka manfaatkan kesempatan tersebut untuk improve ilmu.
Untuk
tiga bidang peminatan yang lain, Farmasi Sains dan Teknologi (dikampus
aku sering disebut Tekfar/ Teknologi Farmasi), Farmasi Industri, dan
Farmasi Bahan Organik juga susah. Tapi tiga peminatan ini sifatnya lebih
ke laboratorium. Which is kerjanya lebih lihat ke literatur dan
memantau hasil. Maksudnya gimana ya. Maybe more otodidak? But not
really, itu hanya menurut kemampuan dan kebutuhan aku. Lebih ke
individual learning lewat mempelajari jurnal atau buku.
Masih
banyak sih alasannya. Susah untuk aku jabari. Tapi intinya gitu. Aku
lebih butuh di mentorin dosen di bidang Farmasi Klinis dan Komunitas.
Karna ilmunya itu lebih flexible dan luas. Of course more complicated.
Menurut aku. Jadi.. Yah.. Butuh penjelasan langsung dari dosen.
Tapi
sebenarnya kebanyakan mahasiswa takut ngambil bidang ini. Karna bahaya.
Kalo ilmu kita ga kuat. Bisa-bisa ga lulus ujian akhir.
Iya sih. Aku juga takut. Tapi gimana ya..
Tanggung
jawab Apoteker itu berat. Ngebayanginnya aja aku agak gimana gitu.
Berhubungan dengan nyawa orang! Aku langsung minder dengan ilmu-ilmu aku
yang masih cetek.
Cuman.
Mending aku babak belur bedebak bedebuk di kampus. Babak belurin dulu
ini otak sebelum dapat gelar S. Farm atau bahkan Apt. ntar.
Malu dong. Kita udah bergelar. Tapi ilmunya ga dapet?
Aku
pernah nyobain kerja di apotek sebentar selagi kuliah program tansfer
sarjana farmasi. Di lapangan itu so complicated. Dan aku amati,
konseling-konseling pasien itu kebanyakan butuh ilmu klinis. Ilmu klinis
sangat membantu dalam pemilihan obat yang tepat bagi pasien. Dari tepat
indikasi, tepat dosis, tepat ekonomi, tepat cara pemakaian, dan semua
tepat-tepat yang lainnya ada di ilmu klinis. So aku ingin jadi apoteker
yang cerdas milih obat untuk pasien :)
Semoga.
Amin ya Allah.
:D
Btw. Fyi. Aku sekarang udah ahli madya kesehan.
Amd. Kes.
Yep.
Jadi ngerasain bergelar tapi ga berskill itu ga enak. But based on my
major terdahulu. Analis farmasi dan makanan. Apa yang aku pelajari itu,
aku basicnya ga anak obat. Jadi ya, ga minder-minder banget pas kerja.
Cocoknya kerja di BPOM atau industri gitu. Tapi aku harus tau diri kalo
sekarang aku udah menuju untuk menjadi seorang yang ahli obat. Ntap.
Mengenai
penelitian yang arahnya ke laboratorium. Aku udah nyobain pas diploma
analis farmasi dan makanan. Seru sih. Serasa jadi orang penting. Jadi
peneliti dadakan. Apa-apa serba data. Serba steril. Serba kerja
disiplin. Kerasa more intelectual deh. Jadi juga jadi alasan aku kenapa
ambil klinis, karna aku udah pernah nyoba ambil experimental (lab).
Lanjut bahas skripsi..
Farmasi Klinis dan Komunitas itu..
Untuk yang Klinis sasarannya Rumah Sakit.
Untuk yang Komunitas sasarannya masyarakat di Apotek dan Puskesmas.
Dan tema yang diteliti juga macam-macam sesuai pembagian klinis atau komunitasnya.
Karna
aku belum pernah magang atau kerja di rumah sakit. Aku memilih yang
klinis. Jadi bidang peminatan aku Farmasi Klinis. Ini yang fixnya!
0 coment�rios